Obsesi Yang Tidak Masuk Akal si Penderita OCD
M
|
encuci tangan hingga berjam-jam, memeriksa pintu atau kompor berulang kali, menghitung sesuatu berkali-kali, membersihkan barang diulang-ulang. Wuih, apa ga capek ya… >,<”
karena ketakutan yang tidak masuk akal (obsesi) si penderita kelainan obsesif kompulsif (OCD/Obsessive-Compulsive Disorder) jadi terlihat berkelakuan aneh,
Penyakit apaan sich ?? kelainan obsesif kompulsif adalah suatu gangguan yang mana seseorang memiliki pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal sehingga membuat orang tersebut melakukan perilaku yang berulang-ulang (tekanan).
Seseorang yang mengalami OCD menyadari bahwa obsesinya tidak masuk akal dan mencoba untuk mengabaikannya, tapi hal ini hanya akan meningkatkan tekanan dan kecemasan dalam dirinya.
Pikiran obsesif-kompulsif ini akan datang kembali sehingga karakteristiknya mirip seperti lingkaran setan. Pada akhirnya, orang tersebut akan melakukan tindakan kompulsif (memaksa) untuk meringankan penderitaan atau perasaan yang ada.
Seperti dikutip dari Mayo Clinic, Rabu (17/2/2010) penyebab OCD tidak sepenuhnya dipahami oleh para ahli, tapi ada beberapa teori yang diperkirakan menjadi penyebab OCD, yaitu:
Faktor biologi.
Beberapa bukti menunjukkan OCD dapat mengakibatkan perubahan zat kimia dalam tubuh atau fungsi otaknya. Kemungkinan OCD berkaitan dengan komponen genetik, namun gen-gen spesifiknya belum dapat diidentifikasi.
Faktor lingkungan.
Beberapa peneliti percaya bahwa OCD berasal dari kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku orang tersebut dari waktu ke waktu.
Kekurangan serotonin.
Kekurangan serotonin (salah satu senyawa pembawa pesan di otak) diduga memberikan kontribusi, namun tidak ada perbedaan pola aktivitas di otak. Hanya saja beberapa penelitian melaporkan penderita OCD yang mengonsumsi obat untuk meningkatkan serotonin menunjukkan gejala yang lebih sedikit.
Gejala OCD yang ditimbulkan meliputi obsesi dan tekanan. Untuk gejala OCD obsesi biasanya memiliki ide, pikiran, gambar atau rangsangan yang tidak diinginkan dan tanpa sengaja terus menerus berulang di dalam otak meskipun tampaknya tidak masuk akal. Gejalanya seperti rasa takut terkontaminasi kuman atau kotoran, segalanya harus teratur dan simetris serta adanya dorongan yang agresif dan mengerikan.
Sedangkan gejala tekanan (compulsions) adalah perilaku berulang-ulang yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan dan tekanan yang terkait dengan obsesinya. Gejalanya seperti mencuci dan membersihkan barang berkali-kali, menghitung atau memeriksa sesuatu yang semuanya dilakukan secara berulang-ulang serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kerapihan dan ketertiban.
Terdapat perbedaan antara orang yang perfeksionis dengan OCD, orang yang perfeksionis tidak selalu mengalami OCD. Karena orang yang OCD bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan hal-hal yang sama untuk mengurangi obsesinya. Penderita akan merasa tertekan tapi tidak berdaya untuk menghentikan dorongan tersebut.
Seseorang memiliki faktor risiko terhadap OCD jika ada riwayat keluarga yang pernah mengalaminya atau memiliki tekanan hidup seperti stres yang sangat berat. Gangguan ini bisa muncul sejak anak-anak atau saat dewasa yang dimulai pada usia 21 tahun.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah memiliki pemikiran dan tindakan yang berbahaya, gangguan pola makan, depresi, mengalami masalah kulit (dermatitis), ketidakmampuan untuk bekerja atau sekolah serta memiliki gangguan ketakutan yang lain.
Pemeriksaan yang harus dilalui untuk mendeteksinya adalah melakukan tes fisik, laboratorium (darah dan fungsi tiroid) serta tes psikologi. Sedangkan untuk perawatan hingga kini hanya sebatas untuk mengontrol gejala yang timbul melalui psikoterapi dan konsumsi obat tertentu.
Seseorang yang mengalami OCD menyadari bahwa obsesinya tidak masuk akal dan mencoba untuk mengabaikannya, tapi hal ini hanya akan meningkatkan tekanan dan kecemasan dalam dirinya.
Pikiran obsesif-kompulsif ini akan datang kembali sehingga karakteristiknya mirip seperti lingkaran setan. Pada akhirnya, orang tersebut akan melakukan tindakan kompulsif (memaksa) untuk meringankan penderitaan atau perasaan yang ada.
Seperti dikutip dari Mayo Clinic, Rabu (17/2/2010) penyebab OCD tidak sepenuhnya dipahami oleh para ahli, tapi ada beberapa teori yang diperkirakan menjadi penyebab OCD, yaitu:
Faktor biologi.
Beberapa bukti menunjukkan OCD dapat mengakibatkan perubahan zat kimia dalam tubuh atau fungsi otaknya. Kemungkinan OCD berkaitan dengan komponen genetik, namun gen-gen spesifiknya belum dapat diidentifikasi.
Faktor lingkungan.
Beberapa peneliti percaya bahwa OCD berasal dari kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku orang tersebut dari waktu ke waktu.
Kekurangan serotonin.
Kekurangan serotonin (salah satu senyawa pembawa pesan di otak) diduga memberikan kontribusi, namun tidak ada perbedaan pola aktivitas di otak. Hanya saja beberapa penelitian melaporkan penderita OCD yang mengonsumsi obat untuk meningkatkan serotonin menunjukkan gejala yang lebih sedikit.
Gejala OCD yang ditimbulkan meliputi obsesi dan tekanan. Untuk gejala OCD obsesi biasanya memiliki ide, pikiran, gambar atau rangsangan yang tidak diinginkan dan tanpa sengaja terus menerus berulang di dalam otak meskipun tampaknya tidak masuk akal. Gejalanya seperti rasa takut terkontaminasi kuman atau kotoran, segalanya harus teratur dan simetris serta adanya dorongan yang agresif dan mengerikan.
Sedangkan gejala tekanan (compulsions) adalah perilaku berulang-ulang yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan dan tekanan yang terkait dengan obsesinya. Gejalanya seperti mencuci dan membersihkan barang berkali-kali, menghitung atau memeriksa sesuatu yang semuanya dilakukan secara berulang-ulang serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kerapihan dan ketertiban.
Terdapat perbedaan antara orang yang perfeksionis dengan OCD, orang yang perfeksionis tidak selalu mengalami OCD. Karena orang yang OCD bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan hal-hal yang sama untuk mengurangi obsesinya. Penderita akan merasa tertekan tapi tidak berdaya untuk menghentikan dorongan tersebut.
Seseorang memiliki faktor risiko terhadap OCD jika ada riwayat keluarga yang pernah mengalaminya atau memiliki tekanan hidup seperti stres yang sangat berat. Gangguan ini bisa muncul sejak anak-anak atau saat dewasa yang dimulai pada usia 21 tahun.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah memiliki pemikiran dan tindakan yang berbahaya, gangguan pola makan, depresi, mengalami masalah kulit (dermatitis), ketidakmampuan untuk bekerja atau sekolah serta memiliki gangguan ketakutan yang lain.
Pemeriksaan yang harus dilalui untuk mendeteksinya adalah melakukan tes fisik, laboratorium (darah dan fungsi tiroid) serta tes psikologi. Sedangkan untuk perawatan hingga kini hanya sebatas untuk mengontrol gejala yang timbul melalui psikoterapi dan konsumsi obat tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar